Tafsir Al Qur'an Surah Al Baqarah Ayat Yang K: 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, Dan 101.
Artikel ini merupakan lanjutan tafsir dari ayat sebelumnya.
Ayat 94-96: Menerangkan kecintaan orang-orang Yahudi kepada kehidupan dunia dan dustanya pengakuan mereka, bahwa mereka cinta kepada akhirat.
قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٩٤) وَلَنْ يَتَمَنَّوْهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (٩٥) وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ (٩٦
94. Katakanlah, "Jika negeri akhirat di sisi Allah[1], khusus untukmu saja[2], bukan untuk orang lain, maka mintalah[3] kematian, jika kamu orang yang benar.
96. Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak kepada kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan[5].
Ayat 97-98: Menerangkan permusuhan orang-orang Yahudi kepada para malaikat dan para rasul, terutama sekali malaikat Jibril dan Mikail, dan bahwa memusuhi Jibril berarti memusuhi Allah yang mengutusnya.
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (٩٧) مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ (٩٨
98. Barang siapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail[8], maka sesungguhnya Allah adalah musuh bagi orang-orang kafir.
Ayat 99-101: Menerangkan bahwa kebiasaan orang-orang Yahudi adalah mengingkari janji dan mendustakan para rasul
وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ وَمَا يَكْفُرُ بِهَا إِلا الْفَاسِقُونَ (٩٩)أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ فَرِيقٌ مِنْهُمْ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يُؤْمِنُونَ (١٠٠) وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لا يَعْلَمُونَ (١٠١
100. Dan mengapa setiap kali mereka mengikat janji, sekelompok mereka melanggarnya?[10] Bahkan sebagian besar mereka tidak beriman[11].
101. Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul (Muhammad) dari sisi Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka[12], sebagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)[13], seakan-akan mereka tidak mengetahui[14].
[1] Yakni surga.
[2] Hal ini karena anggapan bahwa mereka adalah para wali Allah, merekalah yang akan masuk surga dan bahwa mereka tidak akan disentuh api neraka kecuali beberapa hari saja.
[3] Maksudnya: mintalah agar kamu dimatikan sekarang juga.
[4] Perbuatan yang mereka lakukan adalah kekafiran dan kemaksiatan, ditambah lagi karena mereka mengetahui kebenaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, sesuatu yang paling mereka takuti adalah kematian.
[5] Oleh karena itu, Dia akan memberikan balasan terhadap amal yang mereka kerjakan.
[6] Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata, "Orang-orang Yahudi datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Wahai Abul Qasim! Sesungguhnya kami akan bertanya kepadamu lima perkara. Jika Engkau dapat menjawabnya, maka kami mengetahui bahwa engkau adalah seorang Nabi dan kami akan mengikutimu." Maka Beliau mengambil janji dari mereka sebagaimana Isra'il (Nabi Ya'qub) mengambil janji dari anak-anaknya ketika mereka berkata, "Allah menjadi saksi terhadap apa yang kita katakan." Beliau bersabda, "Sebutkanlah!" Mereka berkata, "Beritahukanlah kepada kami tanda seorang nabi!" Beliau bersabda, "Kedua matanya tidur, namun hatinya tidak tidur." Mereka berkata, "Beritahukanlah kepada kami bagaimana seorang wanita bisa melahirkan wanita dan bisa melahirkan laki-laki! Beliau bersabda, "Kedua air mani menyatu, jika mani laki-laki mengalahkan mani wanita, maka lahirlah anak laki-laki. Tetapi, jika mani wanita mengalahkan mani laki-laki, maka lahirlah anak perempuan." Mereka berkata lagi, "Beritahukanlah kepada kami apa yang diharamkan Isra'il (Nabi Ya'qub) terhadap dirinya!" Beliau menjawab, "Ia (Nabi Ya'qub) merasakan penyakit 'irqun nasaa (semacam encok) dan tidak mendapatkan sesuatu yuang menyembuhkannya selain susu ini dan itu (Perawi yang bernama Abdullah berkata, "Bapakku berkata: Sebagian mereka berkata, "Maksudnya adalah unta", maka ia mengharamkan daging unta). Mereka berkata, "Engkau benar." Mereka pun bertanya lagi, "Beritahukanlah kami tentang guruh ini!" Beliau menjawab, "Salah satu di antara malaikat Allah yang diserahkan mengurus awan, di tangannya ada sabetan dari api untuk menyabet awan dan mengarahkannya ke tempat yang diperintahkan Allah." Mereka bertanya lagi, "Apa suara yang terdengar ini?" Beliau menjawab, "Suaranya." Mereka merkata, "Engkau Benar, namun tinggal satu lagi yang menjadi sebab kami akan membai'atmu jika kamu mau memberitahukannya, karena tidak ada satu pun nabi kecuali ada malaikat yang datang kepadanya membawa berita, maka beritahukanlah kepada kami, siapa kawanmu?" Beliau menjawab, "Jibril ''alaihis salam." Mereka berkata, "Jibril adalah malaikat yang turun membawa peperangan dan azab yang menjadi musuh kami. Jika engkau mengatakan "Mikail", malaikat yang menurunkan rahmat, tumbuhan dan hujan tentu (kami akan bai'at)." Maka Allah menurunkan ayat di atas. (Al Haitsami berkata dalam Majma'uz Zawaa'id juz 8 hal. 242, "Diriwayatkan oleh Ahmad, Thabrani, dan para perawi keduanya tsiqah. Abu Nu'aim juga meriwayatkan dalam Al Hilyah juz 4 hal. 305. hadits tersebut dalam sanadnya ada Bukair bin Syihab. Al haafizh dalam At Taqrib berkata, "Makbul", yakni jika ada mutaba'ah, namun jika tidak ada maka layyin (lunak), sebagaimana diingatkan olehnya dalam mukadimahnya. Akan tetapi hadits ini memiliki jalan-jalan kepada Ibnu Abbas sebagaimana dalam tafsir Ibnu Jarir, di antaranya adalah apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad juz 1 hal. 278; dari Hasyim bin Qasim, dari Abdul Hamid dari Syahr dari Ibnu Abbas. Syahr ini adalah Syahr bin Hausyab yang diperselisihkan oleh ulama, namun yang rajih bahwa dia adalah dha'if dari sisi hapalannya, tetapi bisa dipakai dalam hal syahid dan mutaba'ah. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Thayalisi juz 2 hal. 11, Ibnu Jarir juz 1 hal. 431, Ibnu Sa'ad juz 1 Qaf 1 hal. 116 dari jalan Syahr bin Hausyab dari Ibnu Abbas. Ibnu Jarir menyebutkan adanya ijma' dari para ulama bahwa ayat di atas turun sebagai jawaban terhadap orang-orang Yahudi, ketika mereka menyatakan bahwa Jibril musuh mereka dan Mikail sebagai kawan mereka. Dengan demikian, ijma' menguatkan kedua jalan yang memiliki kelemahan tersebut.
[7] Orang-orang Yahudi mencari-cari alasan, mereka tidak mau beriman karena wali Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah malaikat Jibril, jika sekiranya selain malaikat Jibril, tentu mereka akan beriman. Alasan seperti ini tidak bisa diterima, karena malaikat Jibril yang menurunkan Al Qur'an dari sisi Allah ke dalam hati Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dia juga yang menurunkan kitab-kitab kepada para nabi sebelumnya. Allah yang memerintahkan dan mengirimnya dengan membawa kitab itu, tugasnya adalah sebagai utusan semata. Di samping itu, kitab yang dibawanya membenarkan kitab-kitab sebelumnya, tidak menyalahi atau bertentangan, di dalamnya terdapat petunjuk yang sempurna dari semua bentuk kesesatan, terdapat kabar gembira memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat bagi yang beriman. Memusuhi Jibril yang disebutkan sifatnya itu merupakan kekafiran kepada Allah dan ayat-ayat-Nya, demikian juga sama saja memusuhi Allah, rasul-rasul-Nya dan malaikat-malaikat-Nya. Ia sama saja mengingkari dan memusuhi yang menurunkan dan mengutusnya, mengingkari kitab yang dibawanya dan memusuhi orang yang mendapatkan kitab itu.
[8] Orang-orang Yahudi menganggap Jibril sebagai musuh mereka, sedangkan Mikail sebagai wali mereka, maka pada ayat di atas Allah memberitahukan bahwa barang siapa yang memusuhi salah satunya, sama saja memusuhi yang lain.
[9] Di mana dengan ayat-ayat tersebut orang yang mencari petunjuk akan memperolehnya, dengan ayat-ayat tersebut hujjah tegak kepada orang-orang yang tetap kafir. Karena begitu jelas dan penuh dengan kebenaran sampai-sampai tidak ada yang menolaknya kecuali orang-orang yang fasik; keluar dari keta'atan kepada Allah Azza wa Jalla dan bersikap sombong.
[10] Dalam ayat ini terdapat kesan ta'ajjub, yakni aneh sekali dan sangat mengherankan, mereka banyak berjanji namun tidak memenuhinya; hari ini mereka berjanji, besok sudah melanggarnya.
[11] Inilah sebab mereka mengingkari janji, yakni karena tidak beriman.
[12] Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada mereka membawa kitab yang membenarkan apa yang ada pada mereka.
[13] Mereka tinggalkan kitab Allah karena sesuai dengan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
[14] Yakni mereka seperti orang-orang yang jahil yang tidak mengetahui isi al kitab.
0 komentar
Posting Komentar