Tafsir Al Qur'an Surat Al Baqarah Ayat Yang Ke: 204, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 211, Dan 212.
Untuk tafsir ayat sebelumnya, silahkan menuju ke sini.
Ayat 204-207: Contoh perbuatan orang munafik yang berdusta dan orang mukmin yang saleh.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ (٢٠٤) وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الْفَسَادَ (٢٠٥)وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالإثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ (٢٠٦) وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (٢٠٧
204. Dan di antara manusia[1] ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu[2], dan dia bersaksi kepada kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras[3].
205. Dan apabila dia berpaling (dari kamu), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi[4], serta merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan[5].
206. Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah“, bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa[6]. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang terburuk.
207.[7] Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah[8], dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya[9].
Ayat 208-212: Wajibnya masuk ke dalam ketaatan kepada Allah dan peringatan terhadap sikap mendurhakai-Nya
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (٢٠٨) فَإِنْ زَلَلْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٢٠٩) هَلْ يَنْظُرُونَ إِلا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلائِكَةُ وَقُضِيَ الأمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ (٢١٠) سَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَمْ آتَيْنَاهُمْ مِنْ آيَةٍ بَيِّنَةٍ وَمَنْ يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٢١١) زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (٢١٢
208.[10] Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan[11], dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan[12]. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
209.[13] Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepadamu, maka ketahuilah, bahwa Allah Maha Perkasa[14] lagi Maha Bijaksana[15].
210. Tidak ada yang mereka tunggu-tungggu kecuali datangnya Allah dan Malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, ketika itu perkara diputuskan[16]. Dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan.
211. Tanyakanlah kepada Bani Israil, “Berapa banyak bukti (kebenaran) yang nyata[17], yang telah Kami berikan kepada mereka”. Barang siapa menukar nikmat Allah[18] setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya[19].
212. Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang yang kafir[20], dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas mereka pada hari kiamat[21]. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang Dia kehendaki tanpa batas[22].
[1] Dia adalah salah seorang munafik, bernama Al Akhnas bin Syuraiq. Ucapannya sangat manis di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan dia bersumpah bahwa dirinya seorang mukmin dan mencintai Beliau, sehingga Beliau mendekatkan orang tersebut dengan majlis Beliau, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala mendustakannya. Orang tersebut –seperti yang dijelaskan pada ayat selanjutnya– pernah melewati tanaman dan beberapa ekor keledai milik sebagian kaum muslimin, lalu tanaman itu dibakarnya dan keledai-leledai itu disembelihnya pada malam hari (dari tafsir Al Jalaalain).
[2] Ucapannya seakan-akan benar dan memberikan manfaat. Padahal jika ucapannya benar, tentu antara ucapan dengan perbuatan tidak berbeda, namun pada kenyataannya ia menentang Islam dengan keras.
[3] Yakni terhadap Islam dan kaum muslimin. Sikapnya akan nampak ketika dia bertengkar, dia akan menampakkan sifat-sifat buruk dan menampakkan akhlak yang bukan akhlak seorang mukmin. Berbeda dengan seorang mukmin, di mana bahtera yang ditumpanginya adalah mudah memaafkan, tugasnya tunduk kepada kebenaran dan tabi’atnya lapang dada.
Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa ucapan yang keluar dari mulut seseorang bukanlah dalil yang menunjukkan benar atau dusta serta baik atau buruknya seseorang sampai ada amal yang membenarkan atau mentazkiyahnya, dan bahwa sepatutnya kita mengetest keadaan para saksi serta tidak tertipu dengan tazkiyah (rekomendasi) dari diri mereka sendiri.
[4] Dengan melakukan perbuatan maksiat.
[5] Ada yang berpendapat bahwa ayat di atas merupakan perumpamaan orang-orang yang berusaha menggoncangkan iman orang-orang mukmin dan selalu mengadakan kekacauan.
[6] Orang tersebut menggabung antara dua sifat buruk: suka bermaksiat dan sombong ketika dinasehati. Balasan yang pantas terhadap orang tersebut adalah neraka jahannam, dan neraka jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali.
[7] Hakim meriwayatkan dari Ikrimah, ia berkata: Ketika Shuhaib keluar berhijrah, maka penduduk Mekah mengejarnya, ia pun mengeluarkan wadah panahnya dan mengambil empat puluh anak panahnya sambil berkata, “Kamu tidak dapat sampai kepadaku sebelum saya timpakan anak panah kepada masing-masing kamu, setelah itu saya akan menggunakan pedang sehingga kamu pun tahu bahwa saya adalah seorang laki-laki, dan sesungguhnya saya telah meninggalkan di Mekah dua orang budak wanita, dan keduanya boleh kamu ambil.” Hakim juga meriwayatkan dari Anas yang sama seperti itu, ketika itu turun ayat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wa minan naasi may yasyriy nafsahub tighaa’a mardhaatillah…dst.” ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Shuhaib, Beliau bersabda, “Wahai Abu Yahya! Beruntunglah jual beli(mu).” Beliau pun membacakan ayat tersebut. (Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, namun ia tidak mengeluarkan dalam shahihnya).
[8] Dengan berjihad di jalan Allah dan ta’at kepada-Nya.
Ada yang berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaaan dengan Shuhaib yang disakiti oleh kaum musyrikin, kemudian dia berhijrah ke Madinah dan meninggalkan hartanya untuk mereka di Makkah.
[9] Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak akan menyia-nyiakannya, bahkan akan memberikan balasan yang paling baik.
[10] Di antara ahli tafsir ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya yang masih memuliakan hari Sabtu dan enggan makan unta, padahal mereka sudah masuk Islam.
[11] Yakni terapkanlah ajaran Islam semuanya, jangan ditinggalkan salah satu apalagi sebagiannya dan jangan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya, di mana orang yang seperti itu tolok ukur utamanya adalah hawa nafsu, jika syari’at Islam sejalan dengan selera hawa nafsunya, maka dikerjakan, tetapi jika tidak sejalan dengan selera hawa nafsunya, maka ditinggalkan. Bahkan seharusnya hawa nafsu mengikuti syari’at, dan hendaknya ia mengerjakan perbuatan baik yang bisa dilakukan, sedangkan yang belum bisa dilakukan, maka dengan diniatkan dalam hatinya agar dapat mengejarnya.
[12] Berupa kemaksiatan yang diserukannya.
[13] Di dalam ayat ini terdapat ancaman keras terhadap sikap menyimpang dari jalan Allah, seperti dengan mengerjakan maksiat. Hal itu, karrena Allah yang Maha Perkasa mampu menyiksa orang yang bermaksiat dengan kekuatan-Nya dan berdasarkan hikmah (kebijaksanaan)-Nya, karena termasuk hikmah-Nya adalah menyiksa pelaku maksiat dan pelaku kejahatan.
[14] Oleh karena itu, tidak ada yang luput dari-Nya dan tidak ada yang dapat melemahkan-Nya
[15] Dia menetapkan segala sesuatu tepat pada tempatnya atau tindakan-Nya tepat.
[16] Yakni tidak ada yang ditunggu-tunggu oleh para pembuat kerusakan di muka bumi yang mengikuti langkah-langkah setan selain hari pembalasan terhadap amal, di mana hari itu penuh dengan kedahsyatan dan hal-hal yang menegangkan. Ketika itu, Allah Subhaanahu wa Ta’aala melipat langit-langit dan bumi, bintang-bintang jatuh berserakan, matahari dan bulan digulung, para malaikat yang mulia turun lalu mengepung semua makhluk, kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aala turun dalam naungan awan untuk memutuskan perkara hamba-hamba-Nya dengan keputusan yang adil. Lalu disiapkan timbangan, dibuka catatan amal, diputihkan muka orang-orang yang berbahagia dan dihitamkan muka orang-orang yang celaka serta dibedakan antara orang-orang yang baik dengan orang-orang yang buruk. Semuanya dibalas sesuai amal yang dikerjakan, saat itulah orang yang zhalim menggigit jari-jemarinya setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Ayat di atas dan semisalnya adalah dalil bagi Ahlussunnah wal Jama’ah yang menetapkan sifat ikhtiyariyyah (pilihan) bagi Allah Subhaanahu wa Ta’aala, seperti istiwa’ (bersemayam), turun, datang dan sifat-sifat lainnya yang diberitakan oleh Allah Ta’ala atau diberitakan oleh Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ahlussunnah menetapkan semua itu sesuai dengan kebesaran Allah dan keagungan-Nya tanpa menyerupakan sifat itu dengan sifat makhluk atau pun menta’wilnya.
[17] Yaitu ayat-ayat yang jelas di kitab-kitab mereka yang menunjukkan mereka kepada kebenaran. Namun ayat-ayat itu mereka ingkari, bahkan mereka sempat merubahnya. Demikian juga ayat-ayat yang berupa mukjizat sekaligus sebagai nikmat, seperti terbelahnya lautan sehingga mereka berhasil lolos dari kejaran bala tentara Fir’aun, diturunkannya Al Mann dan As Salwa dsb. lalu mereka merubah nikmat itu dengan bersikap kufur.
[18] Yang dimaksud dengan nikmat Allah di sini ialah perintah-perintah dan ajaran-ajaran Allah atau petunjuk-Nya.
[19] Orang yang mendapatkan nikmat, baik berupa nikmat agama maupun dunia, namun tidak mensyukurinya, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala bisa segera menyiksanya, baik dengan mencabut nikmat itu atau memberikan siksaan kepadanya.
[20] Dijadikan nampak indah kehidupan dunia bagi orang-orang yang kafir baik di mata mereka maupun di hati, sehingga mereka merasa tenteram dan puas dengan kehidupan yang sebentar ini. Oleh karena itu, niat, harapan dan hawa nafsu mereka tertuju kepada dunia. Hal ini merupakan bukti lemahnya akal mereka dan terbatasnya pandangan mereka, padahal dunia adalah tempat ujian dan cobaan, tempat yang penuh penderitaan, kerja keras dan terkadang kekecewaan. Adapun seorang mukmin, meskipun ia tertimpa musibah, ia bisa bersabar dan mengharap pahala dari Allah sehingga dengan iman dan kesabarannya, Allah Subhaanahu wa Ta’aala meringankan bebannya. Bahkan sebenarnya keunggulan hakiki adalah di akhirat.
[21] Allah Subhaanahu wa Ta’aala akan memasukkan orang-orang yang beriman ke dalam surga yang berada tinggi di atas orang-orang kafir. Sedangkan orang-orang kafir akan Allah tempatkan di neraka yang letaknya jauh ke bawah. Dalam ayat ini terdapat hiburan bagi kaum mukmin dan musibah bagi kaum kafir.
[22] Rezeki duniawi diberikan baik kepada orang mukmin maupun orang kafir, adapun rezeki bagi hati yang berupa ilmu dan iman, rasa cinta kepada Allah, takut dan berharap kepada-Nya dsb. Maka tidaklah diberikan kecuali kepada orang yang dicintai-Nya.
Tags: Tafsir Lengkap, Al Quran Digital, Arti Ayat Al Quran, Penjelasan dan Keterangan, Asbabun Nuzul, Ayat Ayat Al Quran, Download Tafsir Al Quran, Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki, Tafsir Al Quran Online, Tafsir Quran Indonesia, Terjemahan Al Quran
Assalamualaikum, Alhamdulillah, bagus sekali Web tafsir.id ini. Insyaallah sangat membantu saya memahami Al-Qur'an. Saya suka sekali cara penafsirannya, ringkas,jelas, mudah dipahami. Dan Insyaallah juga berdasarkan kitab-kitab tafsir yang ada.
BalasHapusTapi ada satu yang saya cari ga ada, untuk kolom search sepertinya belum ada ya? Saya jadi agak lama untuk cari tafsir ayatnya. Mohon untuk dikasih kolom search. Terima kasih, Jazakallahu khaira.