Tafsir Al Baqarah Ayat 247, 248, 249, 250, 251, Dan 252.
Baca juga postingan sebelumnya: Tafsir Al Baqarah Ayat 240-246.
Ayat 247-248: Perdebatan Bani Israil kepada Nabi mereka tentang pengangkatan Thalut sebagai raja mereka untuk berjihad fii sabilillah
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٢٤٧) وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آلُ مُوسَى وَآلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (٢٤٨
247. Nabi mereka berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu[1].” Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya[2], dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak[3]?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik.”[4] Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang Dia kehendaki[5], dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya)[6] lagi Maha mengetahui[7].
248. Dan Nabi mereka berkata kepada mereka[8], “Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah kembalinya tabut[9] kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun[10]; tabut itu dibawa malaikat[11]. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman[12].
Ayat 249-252: Ujian Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada tentara Thalut dengan sungai yang mereka lewati, menangnya mereka meskipun sedikit terhadap Jalut dan tentaranya, Dawud membunuh Jalut, diberikan kerajaan kepadanya (Dawud), hikmah dan ilmu
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلا قَلِيلا مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ (٢٤٩) وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (٢٥٠) فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُدُ جَالُوتَ وَآتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ وَالْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُ مِمَّا يَشَاءُ وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ (٢٥١) تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (٢٥٢
249. Maka ketika Thalut keluar membawa bala tentaranya[13], dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai[14]. Maka barang siapa meminum airnya, dia bukanlah pengikutku[15]. Dan Barang siapa tidak meminumnya, kecuali menciduk seciduk tangan, maka dia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka[16]. Ketika Thalut dan orang-orang yang beriman bersamanya telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah[17].” Dan Allah beserta orang-orang yang sabar[18].”
250. Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka (Thalut dan tentaranya) berdoa[19], “Ya Tuhan Kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkanlah langkah kami[20] dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”[21]
251. Maka mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah, dan (dalam peperangan itu) Dawud[22] membunuh Jalut, kemudian Allah memberinya (Daud) kerajaan dan hikmah[23], dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki[24]. Jika Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian dengan sebagian yang lain[25], niscaya rusaklah bumi ini[26]. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas seluruh alam.[27]
252. Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepadamu dengan benar dan sesungguhnya kamu benar-benar seorang rasul[28].
[1] Karena Allah yang mengangkat seharusnya mereka menerimanya dan tunduk, tidak protes.
[2] Yakni karena Thalut bukan keturunan raja dan nabi, bahkan dia hanya seorang penyamak kulit atau pengembala.
[3] Yang dapat digunakan untuk menegakkan kerajaan. Hal ini didasari atas anggapan yang rusak, yaitu anggapan bahwa raja itu harus bernasab mulia dan banyak harta. Mereka tidak mengetahui sifat yang sesungguhnya harus didahulukan.
[4] Thalut adalah orang alim (berilmu) Bani Israil dan orang yang paling sempurna fisiknya. Ada yang mengartikan “kelebihan ilmu” di sini dengan kuatnya ra’yu (gagasannya kuat dan tepat), sedangkan “fisik” maksudnya mampu mewujudkannya. Dengan kedua inilah akan sempurna mengurus kerajaan. Jika salah satunya tidak ada, maka akan gagal mengurus kerajaan. Misalnya badannya kuat, namun gagasannya lemah, maka akan terjadi kekacauan dan kekuasaan tanpa kebijaksanaan. Demikian juga jika gagasannya kuat, namun tidak mampu mewujudkannya, maka gagasan tersebut tidak berfaedah apa-apa.
[5] Pemberian-Nya tidak bisa ditentang.
[6] Allah Mahaluas pemberian-Nya, rahmat-Nya luas tidak khusus kepada orang tertentu, dan tidak hanya kepada golongan terhormat saja, bahkan golongan rakyat jelata pun kena.
[7] Dia mengetahui siapa yang berhak memegang pemerintahan.
[8] Ketika kaumnya meminta bukti terhadap kerajaannya.
[9] Tabut ialah peti tempat menyimpan Taurat. Sebelumnya peti ini direbut oleh musuh.
[10] Ada yang mengatakan bahwa peninggalan tersebut misalnya kedua sandal Nabi Musa dan tongkatnya, sorban Nabi Harun, alat takar untuk makanan manna yang pernah diturunkan serta pecahan lauh (papan bertuliskan isi Taurat).
[11] Mereka melihatnya dengan mata kepala.
[12] Mereka pun akhirnya mengakui kepemimpinan Thalut dan siap berjihad bersamanya.
[13] Yakni keluar dari Baitul Maqdis dengan jumlah pasukan yang sangat besar, dan ketika itu cuaca sangat panas, mereka memerlukan air.
[14] Agar nampak jelas siapa yang taat dan siapa yang tidak taat. Sungai tersebut berada antara Yordania dan Palestina.
[15] Karena dia telah melanggar dan menunjukkan lemahnya kesabaran, keteguhan dan mudah melanggar.
[16] Sekitar tiga ratus orang lebih.
[17] Oleh karena itu, orang yang mulia adalah orang yang dimuliakan Allah dan orang yang hina adalah orang yang dihinakan Allah. Banyaknya pasukan tidaklah berguna apa-apa jika tidak mendapat pertolongan Allah, dan pasukan kecil meskipun sedikit dapat menang jika mendapat pertolongan-Nya.
[18] Dengan memberikan taufiq, pertolongan dan memberikan balasan terbaik. Berdasarkan ayat ini, cara mendatangkan pertolongan Allah adalah dengan kesabaran.
[19] Saat melihat jumlah yang besar dan melihat bahaya.
[20] Yakni agar kami tidak lari karena kedahsyatan perang.
[21] Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak bersandar kepada diri mereka sendiri.
[22] Dawud termasuk tentara Thalut.
[23] Yang dimaksud di sini ialah kenabian dan kitab Zabur. Dawud menjadi raja Bani Israil setelah wafat Samuel dan Thalut.
[24] Seperti membuat baju besi dan bahasa burung.
[25] Dengan orang-orang yang taat dan beriman.
[26] Karena dominannya kekafiran, sikap sewenang-wenang dan banyaknya pelaku maksiat. Inilah di antara pengaruh jihad, manusia memperoleh ketenteraman dan dapat beribadah kepada Allah dengan tenang.
[27] Dari kisah Thalut dengan Jalut di atas kita dapat menarik kesimpulan, di antaranya:
– Berkumpulnya para tokoh masyarakat pemilik ide dan gagasan (ahlul halli wal ‘aqdi) dengan para ulama membahas tentang cara memperbaiki masalah yang menimpa Negara kemudian mengamalkan hasil musyawarah tersebut merupakan sebab maju dan bangkitnya negara tersebut. Sebagaimana para pemuka Bani Israil bermusyawarah dengan nabi mereka, lalu nabi mereka memberikan solusi.
– Kebenaran, setiap kali dilawan dan ditentang dengan syubhat akan semakin bertambah jelas kebenarannya, sebagaimana pertentangan mereka ketika Thalut diangkat menjadi raja.
– Ilmu dan ra’yu (pandangan) yang tajam bersama kekuatan dapat mewujudkan kekuasaan yang bijaksana.
– Bersandar kepada diri merupakan sebab kelemahan dan kekalahan.
– Meminta pertolongan kepada Allah, bersabar dan menghadapkan diri kepada-Nya dengan berendah diri merupakan sebab kemenangan.
– Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak akan membiarkan begitu saja yang baik bercampur dengan yang buruk, yang benar imannya dengan yang dusta.
– Termasuk rahmat dan Sunnatullah, Allah menghalangi bahaya orang-orang kafir dan munafikin dengan adanya kaum mukmin yang berjihad melawan mereka. Karena jika tidak demikian, tentu bumi akan rusak, kekafiran dan syi’ar-syi’arnya dominan serta kemaksiatan akan meraja lela.
[28] Diperkuat kata-kata di atas dengan kata “sesungguhnya” dan “benar-benar” untuk membantah orang-orang kafir yang mengatakan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah rasul. Hal ini pun sekaligus persaksian Allah terhadap kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tags: Tafsir Lengkap, Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki, Terjemahan Al Quran Online Indonesia.
0 komentar
Posting Komentar