3/30/2016

TAFSIR SURAT AL A'RAAF AYAT 20-30

SPACE

Tafsir Al Qur'an Surat Al A’raaf Ayat yang ke: 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30.
Menceritakan tentang tipu daya iblis saat Nabi Adam dan Siti Hawa terjerumus dalam dosa dengan memakan buah khuldi. Penyesalan dan pertobatan dari keduanya karena sudah melakukan maksiat. Peringatan terhadap godaan setan yang menyesatkan. Lalu perintah Allah untuk berbuat adil, menyempurnakan ibadah khususnya sholat, mencari ridho-Nya dan lain-lain.
Untuk membaca tafsir ayat sebelumnya, klik disini

Ayat 20-25: Penyesatan Iblis la’natullah ‘alaihi kepada Adam ‘alaihis salam, dan penjelasan terhadap bahaya maksiat bagi manusia

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ (٢٠) وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ (٢١) فَدَلاهُمَا بِغُرُورٍ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ (٢٢) قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (٢٣) قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الأرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ (٢٤) قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ (٢٥)

Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 20-25

20. Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, “Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga).”

21. Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini benar-benar termasuk para penasehatmu,”

22. Dia (setan) membujuk mereka dengan tipu daya[1]. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah oleh mereka auratnya[2], maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

23.[3] Keduanya berkata, “Ya Tuhan Kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri[4]. Jika Engkau tidak mengampuni kami[5] dan memberi rahmat[6] kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi[7].

24. Allah berfirman, “Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan[8].”

25.[9] Allah berfirman, “Di sana kamu hidup, di sana kamu mati, dan dari sana (pula) kamu akan dibangkitkan.”

Ayat 26-27: Peringatan terhadap fitnah (godaan) setan dan para pengikutnya, serta penjelasan tentang karunia Allah kepada manusia

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (٢٦) يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ (٢٧

Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 26-27

26.[10] Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat[11].

27. Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan[12] sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga[13], dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya melihat kamu[14] dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka[15]. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin[16] bagi orang-orang yang tidak beriman[17].

Ayat 28-30: Tidak boleh mengikuti nenek moyang dalam berbuat maksat, dan pentingnya menjaga keadilan, istiqamah dan shalat

وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ (٢٨)قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ (٢٩) فَرِيقًا هَدَى وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلالَةُ إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ (٣٠

Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 28-30

28. Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji[18], mereka berkata, “Kami mendapati nenek moyang kami melakukan yang demikian[19], dan Allah menyuruh kami mengerjakannya[20].” Katakanlah, “Sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh berbuat keji. Mengapa kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui?”

29. Katakanlah, “Tuhanku menyuruhku berlaku adil[21].” Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah)[22] pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya[23]. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula[24].

30. Sebagian (dari kamu) diberi-Nya petunjuk dan sebagian lagi sepantasnya menjadi sesat. Mereka menjadikan setan-setan sebagai pelindung selain Allah. Mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk[25].

[1] Ada pula yang mengartikan, “Lalu setan menurunkan kedudukan mereka berdua yang sebelumnya tinggi.” Sehingga yang sebelumnya Adam dan Hawa’ jauh dari dosa dan maksiat, ketika itu keduanya jatuh ke dalam dosa.

[2] Yakni qubul dan duburnya, disebut keduanya “sau’ah” karena ketika nampak memalukan orangnya. Oleh karena itu, ketika seseorang melepas taqwa, maka akan nampak memalukan di luarnya.

[3] Ketika itu, Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengaruniakan mereka untuk bertobat dan menerima tobatnya. Keduanya mengakui dosa dan meminta ampunan Allah seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.

[4] Dengan maksiat.

[5] Dengan menghapuskan pengaruh dosa dan hukuman terhadapnya.

[6] Dengan menerima tobat kami dan memaafkan kesalahan seperti ini.

[7] Berdasarkan ayat ini, orang yang terjatuh ke dalam dosa dan maksiat, kemudian mengakui kesalahan, meminta ampunan, menyesalinya dan berhenti melakukan dosa, maka Allah akan memilihnya dan memberinya petunjuk sebagaimana Adam. Sebaliknya barang siapa yang ketika terjatuh ke dalam dosa, kemudian berputus asa dan semakin bertambah dosanya, maka ia serupa dengan Iblis; ia semakin jauh dari Allah.

[8] Sampai ajalmu tiba.

[9] Ketika Allah Ta’ala telah menurunkan Adam dan istrinya ke bumi, Allah memberitahukan keberadaan mereka di sana, Dia menjadikan hidup di sana diiringi dengan kematian, penuh dengan ujian dan cobaan, dan mereka akan senantiasa di sana, Dia akan mengutus kepada mereka para rasul-Nya dan akan menurukan kitab-kitab-Nya, barang siapa mengikutinya maka dia akan bahagia, tidak akan tersesat dan tidak akan celaka, sebaliknya barang siapa yang berpaling darinya, maka baginya penghidupan yang sempit.dan akan dihimpunkan pada hari dibangkitkan dalam keadaan buta (lihat Surah Thaha: 123-127).

[10] Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberi nikmat kepada manusia dengan memudahkan pakaian penting untuk mereka, serta pakaian yang dimaksudkan sebagai keindahan. Demikian pula memudahkan untuk mereka segala sesuatu seperti makanan, minuman, kendaraan, dsb. Allah memudahkan untuk mereka perkara dharuri (primer) dan pelengkapnya (sekunder), serta menerangkan bahwa hal itu bukanlah sebagai tujuan, akan tetapi Alah menurunkannya untuk membantu mereka menjalankan ibadah dan menaati-Nya, oleh karena itu Dia berfirman, “Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik.” Maksudnya ialah selalu bertakwa kepada Allah dan beramal saleh itulah yang lebih baik daripada pakaian hissiy (yang dirasakan di luar), karena pakaian takwa akan seantiasa bersama hamba, tidak akan usang dan binasa, serta akan menemaninya ke liang kubur, ia merupakan penghias hati dan ruh. Adapun pakaian luar, maka tujuannya adalah menutup aurat yang nampak dalam waktu tertentu atau penghias manusia, dan tidak ada manfaat lain di luar itu. Di samping itu, jika tidak ada pakaian luar, maka akan nampak aurat luarnya yang jika darurat tidaklah membahayakannya, berbeda jika idak ada pakaian batin, yaitu takwa, maka aurat batinnya terbuka dan ia akan memperoleh kehinaan dan kerugian.

[11] Apa yang disebutkan kepada mereka itu dapat mengingatkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka dan yang berbahaya, dan mereka dapat menyerupakan pakaian luar dengan pakaian batin serta memikirkan betapa pentingnya pakaian batin, yaitu takwa.

[12] Karena hiasannya terhadap maksiat, seruan dan dorongan kepadanya. Oleh karena itu, jangan mengikutinya.

[13] Dengan tipu dayanya, sehingga ia menurunkan keduanya dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.

[14] Selalu memperhatikan kamu dan mencari saat ketika kamu sedang lengah.

[15] Karena halusnya jasad mereka atau tidak ada warnanya.

[16] Dan kawan.

[17] Oleh karena itu, ketiadaan iman merupakan penyebab setan menjadi wali manusia.

[18] Seperti syirk, tawaf telanjang di sekeliling ka’bah dan sebagainya.

[19] Mereka benar dalam hal ini.

[20] Namun mereka berdusta dalam hal ini. Oleh karena itu, Allah membantah mereka.

[21] Baik dalam ibadah maupun mu’amalah.

[22] Maksudnya menghadaplah kepada Allah (pusatkanlah perhatianmu semata-mata kepada Allah) dan berusahalah menyempurnakan ibadah, khususnya shalat, tumpahkanlah perhatianmu kepadanya zhahir maupun batin, dan bersihkanlah ibadah itu dari sesuatu yang mengurangi pahalanya dan yang membatalkannya.

[23] Yakni carilah keridhaan-Nya saja.

[24] Tuhan yang mampu menciptakan kamu pada mulanya, mampu pula mengembalikan kamu, bahkan mengembalikan seperti semula setelah mati lebih muda daripada memulai.

[25] Ketika mereka melepaskan diri dari perwalian Allah dan lebih menyukai berteman dengan setan, maka mereka akan dibiarkan tersesat, masalah akan diserahkan kepada mereka sendiri untuk menyelesaikannya sehingga mereka memperoleh kerugian, namun anehnya mereka menyangka bahwa mereka memperoleh petunjuk. Hal itu, karena hakikat menjadi berubah bagi mereka, mereka menyangka kebatilan sebagai kebenaran dan kebenaran sebagai kebatilan.

Beberapa ayat di atas menunjukkan, bahwa:

– Perintah dan larangan mengikuti hikmah dan maslahat, karena di sana disebutkan bahwa tidak mungkin Allah menyuruh perbuatan yang dianggap keji dan munkar oleh akal.

– Allah tidaklah memerintahkan selain keadilan dan ikhlas.

– Hidayah merupakan karunia Allah

– Kesesatan merupakan akibat dibiarkan oleh Allah saat ia mengutamakan setan dan mengikutinya, karena ia telah memberikan kesempatan bagi setan untuk dirinya.

– Orang yang mengira memperoleh petunjuk padahal sebenarnya sesat tidaklah mendapat uzur, karena sesungguhnya ia mampu meraihnya, namun malah ditinggakan dan tidak mau menempuh jalan yang mengarah kepada petunjuk.

Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Al A'raaf, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.

0 komentar

Posting Komentar