Tafsir Al Qur'an Surat Al An’aam Ayat yang ke: 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, dan 110.
Ayat berikut ini menerangkan tentang besarnya kekuasaan-Nya, luasnya rahmat dan dan besarnya perhatian-Nya terhadap makhluk-Nya. memperlihatkan dalil-dalil mengenai kesempurnaan dan indahnya ciptaan-Nya. Lalu menjelaskan tentang keesaan dan kesucian-Nya dari segala penyerupaan, perintah untuk mengikuti Al Qur'an, dan lain-lain.
Untuk mengetahui tafsir ayat sebelumnya, lihat disini.
Ayat 95-99: Di antara dalil yang ada di alam semesta yang menunjukkan keesaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, kekuasaan-Nya dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya, serta perintah memikirkan makhluk ciptaan-Nya
95.[1] Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (kurma)[2]. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati[3] dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup[4]. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa kamu masih berpaling[5]?
96. Dia menyingsingkan pagi[6] dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan[7]. Itulah ketetapan Allah yang Mahaperkasa[8] lagi Maha Mengetahui[9].
97. Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut[10]. Kami telah menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.
98. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam)[11], maka (bagimu) ada tempat menetap dan tempat simpanan[12]. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda (kebesaran Kami) kepada orang-orang yang mengetahui[13].
99. Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan[14], maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa[15]. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah)[16] bagi orang-orang yang beriman.
Ayat 100-105: Penguatan terhadap keesaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, sucinya Dia dari sekutu, anak dan penyerupaan
100. Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin sekutu-sekutu Allah[17], padahal Dia yang menciptakannya (jin-jin itu), dan mereka berbohong (dengan mengatakan), “Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan,” tanpa (dasar) pengetahuan[18]. Mahasuci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka gambarkan.
101. Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi[19]. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.
102. Itu Allah, Tuhan kamu[20]; tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain dia[21]; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah dia; Dialah pemelihara segala sesuatu[22].
103. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata[23], sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu[24]; dan Dialah yang Mahahalus[25] lagi Mahateliti.
104.[26] Sungguh, bukti-bukti yang nyata telah datang dari Tuhanmu[27]. Barang siapa melihat (kebenaran itu)[28], maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka dialah yang rugi. Dan aku (Muhammad) bukanlah penjaga(mu)[29].
105. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat Kami agar (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan agar orang-orang musyrik mengatakan, “Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari ahli Kitab),” dan agar Kami menjelaskan Al Quran itu kepada orang-orang yang mengetahui.
Ayat 106-108: Pentingnya mengikuti Al Qur’an, dan larangan memaki berhala jika sampai mengakibatkan Allah dimaki
106. Ikutilah apa yang telah diwahyukan Tuhanmu kepadamu (Muhammad); tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.
107. Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya mereka tidak memperkutukan(Nya). Kami tidak menjadikan kamu penjaga mereka; dan kamu bukanlah pemelihara mereka[30].
108.[31] Dan janganlah kamu memaki sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.
Ayat 109-110: Allah Subhaanahu wa Ta’aala Dialah yang menciptakan petunjuk dan kesesatan, di Tangan-Nya hati para hamba-Nya; Dia mudah membalikkannya kapan saja
109. Mereka[32] bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa jika datang suatu mukjizat kepada mereka[33], pastilah mereka akan beriman kepada-Nya. Katakanlah, “Mukjizat-mukjizat itu hanya ada pada sisi Allah[34].” Dan tahukah kamu, bahwa apabila mukjizat (ayat-ayat) datang, mereka tidak juga akan beriman.
110. Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati[35] dan penglihatan mereka[36] seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (Al Quran), dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan[37].
[1] Dalam ayat ini dan setelahnya, Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan tentang kesempurnaan-Nya, besarnya kekuasaan-Nya, kuatnya kemampuan-Nya, luasnya rahmat dan kepemurahan-Nya, dan besarnya perhatian-Nya terhadap makhluk-Nya.
[2] Daripadanya manusia, hewan ternak dan hewan lainnya memperoleh manfaat yang banyak. Allah memperlihatkan kepada mereka kepemurahan-Nya, indahnya ciptaan-Nya dan sempurna hikmah-Nya, di mana dengannya mereka dapat mengenal Allah, mentauhidkan-Nya dan mengetahui bahwa Dia-lah Tuhan yang berhak disembah, dan bahwa menyembah selain-Nya adalah batil.
[3] Seperti manusia dari air mani, burung dari sebutir telur, dan tumbuhan dari biji.
[4] Seperti keluarnya air mani dari manusia dan telur dari seekor burung.
[5] Dari beriman dan beribadah hanya kepada-Nya padahal telah tegak hujjah, bahwa selain-Nya tidak berkuasa apa-apa, tidak mampu memberi manfaat dan menimpakan bahaya, tidak mampu mematikan, menghidupkan, apalagi membangkitkan.
[6] Sehingga hari semakin terang, dan manusia dapat melakukan berbagai aktivitas.
[7] Ada pula yang mengartikan, bahwa matahari dan bulan beredar menurut perhitungan. Dengan matahari dan bulan dapat diketahui waktu, baik waktu beribadah maupun waktu bermu’amalah.
[8] Di mana dengan keperkasaan-Nya, semua makhluk tunduk kepada-Nya dan tidak berjalan melebihi batas yang Allah tetapkan.
[9] Ilmu-Nya meliputi yang nampak maupun yang tersembunyi, yang awal maupun yang akhir. Di antara dalil ‘aqli yang menunjukkan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu adalah dengan diatur-Nya makhluk-makhluk yang besar dengan pengaturan yang indah, di mana hal ini membuat kita takjub karena begitu indahnya, begitu sempurnanya dan begitu sesuainya dengan maslahat dan hikmah.
[10] Ketika safar. Hal itu, karena di antara bintang ada yang selalu terlhat dan tidak bergeser dari tempatnya, dan ada pula yang selalu bergerak, di mana pergerakannya diketahui oleh orang yang ahli dalam bidang ini. Dengannya mereka dapat mengetahui arah dan waktu.
[11] Kemudian Allah kembangkan sehingga menjadi banyak dan memenuhi bumi ini.
[12] Di antara mufassir ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud “tempat menetap” adalah rahim ibu dan “tempat simpanan” ialah tulang sulbi bapak. Ada pula yang berpendapat bahwa tempat menetap ialah di atas bumi waktu manusia masih hidup dan tempat simpanan adalah di dalam bumi (kubur) saat manusia telah mati.
[13] Kepada mereka yang mengetahui-lah ditujukan pembicaraan ini, adapun orang-orang yang jahil lagi keras, yang berpaling dari ayat-ayat Allah dan dari ilmu yang dibawa para rasul, maka penjelasan tidaklah berguna apa-apa bagi mereka, perincian pun tidak menghilangkan sesuatu yang masih samar, dan penjabaran pun tidak menghilangkan kemusykilan mereka.
[14] Termasuk nikmat yang besar yang diberikan Allah kepada manusia adalah dengan diturunkan-Nya hujan dari langit secara berturut-turut ketika manusia membutuhkannya. Dengan hujan itu, Allah menumbuhkan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk kelangsungan hidup mereka. Ini semua menghendaki mereka untuk bersyukur kepada yang telah memberikan nikmat ini, beribadah, kembali dan cinta kepada-Nya.
[15] Kata-kata “yang serupa” dan “yang tidak serupa” bisa kembalinya kepada zaitun dan delima, yakni serupa pohon dan daunnya, namun berbeda buahnya, dan bisa juga kembalinya kepada semua pohon dan buah, yakni bahwa sebagiannya ada yang serupa dan sebagian lagi tidak serupa. Semuanya bermanfaat bagi manusia, mereka bersenang-senang dengannya, memakannya dan dapat mengambil pelajaran daripadanya.
[16] Yang menunjukkan kasih sayang Allah, luasnya ihsan dan kepemurahan-Nya, sempurnanya kemampuan-Nya dan besarnya perhatian Dia terhadap hamba-hamba-Nya. Namun demikian, tidak semua orang yang berpikir dapat mengetahui maksudnya, oleh karenanya Allah Subhaanahu wa Ta’aala menerangkan bahwa hanya orang-orang yang beriman yang dapat mengambil pelajaran daripadanya. Hal itu, karena kaum mukmin dengan keimanan mereka mendorong mereka mengerjakan konsekwensinya berupa amal, yang di antaranya adalah memikirkan ayat-ayat Allah, menggali maksudnya dan apa yang ditunjukkan daripadanya berdasarkan akal, fitrah maupun syara’.
[17] Dengan berdoa dan menyembah mereka.
[18] Mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai anak seperti orang Yahudi mengatakan Uzair putera Allah dan orang musyrikin mengatakan bahwa malaikat putra-putra Allah. Mereka mengatakan demikian karena kebodohannya. Padahal siapakah yang lebih zalim daripada orang yang berkata tentang Allah tanpa ilmu dan mengadakan kedustaan terhadap-Nya?
[19] Tanpa ada contoh sebelumnya.
[20] Pencipta, Pemberi rezki dan Pengatur alam semesta.
[21] Oleh karena itu, arahkanlah ibadah hanya kepada-Nya.
[22] Segala sesuatu di bawah pemeliharaan Allah dan pengaturan-Nya, termasuk pemeliharaan-Nya adalah dengan menerangkan agama-Nya, menjaganya dari semua yang dapat menhilangkan dan merubah agama itu, demikian juga Dia memelihara kaum mukmin dari segala yang dapat menyingkirkan iman dan agama mereka.
[23] Tidak ada seorang pun yang dapat melihat Allah di dunia. Adapun di akhirat, maka kaum mukmin akan melihat Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
[24] Ilmu-Nya meliputi segala yang nampak maupun yang tersembunyi, pendengaran-Nya mendengar semua suara yang keras maupun yang rahasia, dan penglihatan-Nya melihat semua yang terlihat, besar maupun kecil. Oleh karenanya Dia Mahahalus lagi Mahateliti sehingga segala yang tersembunyi atau samar bagi manusia, tidak samar dan tidak tersembunyi bagi-Nya.
[25] Di antara kelembutan-Nya adalah Dia mengarahkan hamba-Nya kepada hal yang bermaslahat bagi agamanya, menyampaikannya dengan cara-cara yang tidak disadari hamba, mengarahkannya kepada kebahagiaan abadi dari arah yang tidak diperkirakannya.
[26] Ketika Allah Ta’ala telah menunjukkan bukti-bukti yang nyata dan dalil-dalil yang jelas yang menunjukkan kebenarannya, maka dalam ayat ini Alah menerangkan bahwa hidayah atau kesesatan yang diperoleh adalah untuk dirinya sendiri.
[27] Bukti-bukti tersebut saking jelasnya seperti matahari di siang hari.
[28] Maksudnya barang siapa mengetahui kebenaran lalu mengamalkannya dengan beriman dan beramal saleh, serta mengikuti petunjuk, maka dia telah mencapai puncak kebahagiaan.
[29] Aku hanyalah pemberi peringatan.
[30] Sehingga kamu harus memaksa mereka beriman. Hal ini menurut pengarang Tafsir Al Jalaalain, adalah sebelum ada perintah memerangi mereka.
[31] Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta’aala melarang kaum mukmin terhadap perkara yang hukumnya boleh, bahkan pada asalnya disyari’atkan, yaitu memaki sesembahan kaum musyrik. Akan tetapi karena “memaki” menjadi sebab kaum musyrik memaki Allah Rabbul ‘alamin, maka Allah melarang mereka. Dari ayat ini diambil kaidah, bahwa hukum wasilah (sarana) tergantung ujungnya ke mana; jika mengarah kepada perbuatan haram, maka sarana itu haram meskipun hukum salnya boleh.
[32] Yakni kaum musyrik Mekah.
[33] Yang menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kata-kata ini sebenarnya sebagai penolakan mereka terhadap apa yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena sesungguhnya Allah telah menguatkan Beliau dengan ayat-ayat yang jelas dan dalil-dalil yang terang, yang jika seseorang menoleh kepadanya tentu akan diketahui benarnya apa yang Beliau bawa. Oleh karena itu, permintaan mereka untuk didatangkan mukjizat termasuk sikap ta’annut (menyusahkan diri) yang tidak mesti dikabulkan, bahkan tidak dipenuhi permintaan mereka sebenarnya lebih baik bagi mereka, karena Sunnatullah berjalan kepada mereka yang mengusulkan didatangkan mukjizat, bahwa jika mereka tidak beriman kepadanya, maka mereka akan dibinasakan.
[34] Dia menurunkannya sebagaimana yang Dia kehendaki, sedangkan saya hanyalah memberi peringatan. Oleh karena itu, permintaan kamu kepadaku agar didatangkan mukjizat mrupakan sebuah kezaliman, meminta kepada saya sesuatu yang saya tidak memilikinya.
[35] Sehingga mereka tidak dapat memahami Al Qur’an.
[36] Sehingga mereka tidak dapat melihat kebenaran itu dan tidak pula beriman.
[37] Hal ini termasuk keadilan Allah dan kebijaksanaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya, karena mereka menganiaya diri mereka sendiri, saat dibukakan pintu bagi mereka, namun mereka tidak mau masuk, saat diterangkan jalan kepada mereka, namun mereka tidak mau menempuhnya. Oleh karena itu, ketika mereka dihalangi memperoleh taufiq merupakan hal yang sesuai bagi mereka.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Al An'am, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.
0 komentar
Posting Komentar