Tafsir Al Qur'an Surat Al An’aam Ayat yang ke: 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, dan 131.
Ayat-ayat dibawah ini menjelaskan tentang pembagian manusia menjadi dua golongan: yang mendapat petunjuk (beriman) dan tersesat dalam kegelapan (kafir). Menunjukkan kepada jalan yang lurus yang akan menghantarkan menuju surga-Nya. Lalu menceritakan tentang percakapan antara setan dengan para pengikutnya dari bangsa manusia. Balasan bagi orang yang zalim, dan lain-lain.
Untuk membaca tafsir ayat sebelumnya, lihat di sebelah sini.
Ayat 122-125: Menerangkan bahwa manusia ada dua golongan; ada yang mendapat petunjuk karena Allah sinari hatinya dengan iman, dan ada pula yang tersesat karena mengikuti hawa nafsunya dan setan
122. Dan apakah orang yang sudah mati[1] lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya[2] yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak[3], sama dengan orang yang berada dalam kegelapan[4], sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?[5] Demikianlah[6] dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan[7].
123. Dan Demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat[8] agar melakukan tipu daya di negeri itu[9]. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya[10].
124. Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka[11], mereka berkata, “Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti apa yang diberikan kepada rasul-rasul Allah.” Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya[12]. Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah[13] dan azab yang keras karena tipu daya yang mereka lakukan[14].
125.[15] Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat[16], Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
Ayat 126-127: Menerangkan jalan Allah yang lurus yang dapat menyampaikan ke negeri yang penuh kesejahteraan (surga)
126. Dan inilah jalan Tuhanmu yang lurus[17]. Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang menerima peringatan.
127. Bagi mereka (disediakan) tempat yang aman (surga) di sisi Tuhannya. Dan Dialah pelindung mereka[18] karena amal saleh yang mereka kerjakan[19].
Ayat 128-131: Dialog antara manusia yang menjadi pengikut setan dengan setan pada hari Kiamat, tidak diterimanya uzur dari seseorang setelah diutusnya para rasul, serta hukuman bagi kezaliman
128. Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia (Allah) mengumpulkan mereka semua (dan Dia berfirman), “Wahai golongan jin! Kamu telah banyak menyesatkan manusia.” Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata, “Ya Tuhan Kami, sebagian kami telah saling mendapatkan kesenangan dari sebagian (yang lain)[20] dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan datang[21].” Allah berfirman, “Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain[22].” Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
129. Dan demikianlah[23] Kami jadikan sebagian orang-orang zalim berteman dengan sesamanya[24] sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.
130.[25] Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, mereka menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuanmu pada hari ini?[26] Mereka menjawab, “(Ya), kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia[27] dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir[28].
131. Demikianlah (para rasul diutus) karena Tuhanmu tidak akan membinasakan suatu negeri secara zalim, sedang penduduknya dalam keadaan lengah (belum tahu)[29].
[1] Maksudnya adalah orang yang telah mati hatinya dalam kegelapan kekafiran, kejahilan dan kemaksiatan, yakni orang-orang kafir.
[2] Cahaya iman, ilmu dan ketaatan (hidayah).
[3] Di mana dia dapat melihat perkara yang sebenarnya, memperoleh petunjuk jalan, mengetahui kebaikan lagi mengutamakannya, bersungguh-sungguh mewujudkannya dalam diri dan orang lain, mengetahui keburukan lagi membencinya, serta berusaha meninggalkannya dan menyingkirkannya dari diri dan orang lain.
[4] Kegelapan kebodohan, kekufuran dan kemaksiatan.
[5] Tentu tidak sama, sebagaimana tidak sama antara malam dan siang, cahaya dan kegelapan, dan orang-orang yang hidup dengan orang-orang yang mati.
[6] Mungkin seseorang merasa heran, mengapa orang tersebut tetap memilih kesesatan dan kegelapan, padahal di hadapannya ada petunjuk dan cahaya? Jawabnya adalah karena telah dijadikan indah bagi orang-orang kafir perbuatan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, setan senantiasa menghias perbuatan buruk mereka sehingga mereka menganggapnya baik dan memandangnya sebagai sebuah kewajaran, bahkan sebagai kebenaran, akhirnya mereka senang di atas perbuatan-perbuatan buruk dan biasa melakukannya.
[7] Berupa kekafiran dan kemaksiatan, sebagaimana keimanan dan amal saleh dijadikan indah oleh Allah bagi orang-orang yang beriman.
[8] Seperti yang terjadi di Mekah dahulu, di mana orang-orang fasiknya menjadi pembesar-pembesar atau tokoh-tokoh penduduk Mekah.
[9] Dengan menghalangi manusa dari jalan Allah.
[10] Karena akibatnya hanya kembali kepada diri mereka sendiri.
[11] Yang menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[12] Sedangkan mereka tidak cocok mendapatkan tugas kerasulan. Dalam ayat ini terdapat dalil sempurnanya kebijaksanaan Allah, hal itu karena meskipun Allah Maha Penyayang, Mahaluas kepemurahan-Nya lagi banyak ihsan-Nya, namun Dia Mahabijaksana, tidak meletakkan kepemurahan-Nya kecuali kepada orang yang berhak.
[13] Karena kesombongan mereka terhadap kebenaran.
[14] Bukan karena Allah berbuat zalim.
[15] Ayat ini menerangkan tanda orang yang mendapat hidayah dan tanda orang yang tersesat.
[16] Disesatkan Allah karena sikapnya; berupa keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah.
[17] Yang menghubungkan kepada Allah dan ke surga-Nya. Jalan tersebut telah dijelaskan, dirincikan, dan dipisahkan dari yang batil.
[18] Pengurus dan Pembimbing mereka.
[19] Di mana yang mereka cari adalah ridha Tuhan mereka. Berbeda dengan orang yang berpaling dari Tuhannya dan mengikuti hawa nafsunya, maka setan yang menguasainya, dan dia akan merusak agama dan dunianya.
[20] Maksudnya manusia telah mendapat hasil kelezatan-kelezatan duniawi karena syahwat yang dijadikan indah oleh setan atau karena pelayanan jin kepada mereka seperti ditunjukkan hal-hal yang luar biasa, sedangkan jin telah memperoleh kenikmatan karena ketundukan manusia kepadanya.
[21] Yakni hari kiamat, dan ini merupakan penyesalan mereka, namun penyesalan ketika itu tidak berguna lagi.
[22] Ini merupakan keadilan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, karena kesalahan adalah kesalahan yang berhak diberi hukuman, terlebih setelah sebelumnya mereka diberi peringatan dengan diutusnya para rasul.
[23] Sebagaimana Allah jadikan pelaku maksiat dari kalangan jin dan manusia saling bersenang-senang dengan yang lain.
[24] Yang mendorongnya untuk tetap terus berbuat maksiat. Oleh karena itu, manusia apabila banyak melakukan kezaliman dan kerusakan dan tidak mengerjakan kewajiban, maka akan diangkat orang-orang zalim sebagai penguasa mereka, ia akan menimpakan kepada mereka siksaan yang buruk, menzalimi mereka akibat mereka tidak memenuhi hak Allah dan hak hamba-hamba Allah. Sebaliknya, jika manusia (baca: rakyat) baik dan istiqamah, maka Allah akan memperbaiki keadaan mereka, Allah angkat untuk mereka pemimpin-pemimpin yang adil; tidak zalim.
[25] Pada hari kiamat, Allah mencela mereka (baik dari golongan jin maupun manusia) yang berpaling dari kebenaran dan menolaknya, menerangkan kesalahan mereka, sehingga mereka mengakuinya.
[26] Yang menerangkan bahwa keberuntungan terletak dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan bahwa kerugian terletak jika melakukan sebaliknya.
[27] Oleh keindahannya, kenikmatannya, merasa tentram dan ridha dengannya, yang membuat mereka tidak beriman dan tidak beramal saleh.
[28] Sehingga tegaklah hujjah Allah terhadap mereka.
[29] Maksudnya penduduk suatu negeri tidak akan diazab, sebelum diutus seorang Rasul yang akan memberi peringatan kepada mereka.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Al An'am, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.
0 komentar
Posting Komentar