Tafsir Al Qur'an Surat Al A’raaf Ayat yang ke: 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, dan 116.
Ayat dibawah ini menjelaskan tentang kisah Nabi Musa, Bani Israil, dan raja mesir yang masyhur disebut sebagai Fir'aun. Memberikan pengertian tentang Fir'aun yang merupakan anak dari Ramses dengan nama Menephthah (1232-1224 S.M.). Lalu menunjukkan mukjizat Nabi Musa berupa tongkat yang berubah jadi ular. Lalu mengisahkan tentang para penyihir yang berhadapan dengan Nabi Musa, dll.
Baca juga: Tafsir Surat Al A'raaf Ayat 88-102
Ayat 103-108: Kisah Nabi Musa ‘alaihis salam, pengutusannya kepada Fir’aun dan ditunjukkan kepadanya ayat-ayat Allah
ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ مُوسَى بِآيَاتِنَا إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَظَلَمُوا بِهَا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ (١٠٣) وَقَالَ مُوسَى يَا فِرْعَوْنُ إِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٠٤) حَقِيقٌ عَلَى أَنْ لا أَقُولَ عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ قَدْ جِئْتُكُمْ بِبَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَرْسِلْ مَعِيَ بَنِي إِسْرَائِيلَ (١٠٥) قَالَ إِنْ كُنْتَ جِئْتَ بِآيَةٍ فَأْتِ بِهَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (١٠٦) فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ (١٠٧) وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ (١٠٨)
103. Setelah mereka, kemudian Kami utus Musa dengan membawa bukti-bukti Kami kepada Fir’aun[1] dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka mengingkari bukti-bukti itu. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan[2].
104. Dan Musa berkata[3], “Wahai Fir’aun! Sungguh, aku adalah seorang utusan dari Tuhan seluruh alam,
105.[4] Aku wajib mengatakan yang sebenarnya tentang Allah. Sungguh, aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku[5].”
106. Dia (Fir’aun) menjawab, “Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka tunjukkanlah, kalau kamu termasuk orang-orang yang benar.”
107. Lalu (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya.
108. Dan dia mengeluarkan tangannya[6], tiba-tiba tangan itu menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya[7].
Ayat 109-116: Menerangkan bahwa sihir merupakan amalan yang haram, dan mukjizat yang menunjukkan kebenaran para nabi dan apa yang mereka bawa
قَالَ الْمَلأ مِنْ قَوْمِ فِرْعَوْنَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ (١٠٩) يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ (١١٠) قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَأَرْسِلْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ (١١١) يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ (١١٢) وَجَاءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوا إِنَّ لَنَا لأجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ (١١٣) قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (١١٤)قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ نَحْنُ الْمُلْقِينَ (١١٥)قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ (١١٦
109. Pemuka-pemuka kaum Fir’aun berkata, “Orang ini benar-benar pesihir yang pandai[8],
110. Yang hendak mengusir kamu dari negerimu.” (Fir’aun berkata), “Maka apa saran kamu?”
111. (Pemuka-pemuka) itu menjawab, “Tahanlah untuk sementara dia dan saudaranya dan utuslah ke kota-kota beberapa orang untuk mengumpulkan (para pesihir),
112. Agar mereka membawa semua pesihir yang pandai kepadamu[9].”
113. Dan para pesihir datang kepada Fir’aun. Mereka berkata, “(Apakah) kami akan mendapat imbalan, jika kami menang?”
114. Dia (Fir’aun) menjawab, “Ya, bahkan kamu pasti termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).”
115. Mereka (para pesihir) berkata[10], “Wahai Musa! Engkaukah yang akan melemparkan lebih dahulu, atau kami yang melemparkan?”
116. Dia (Musa) menjawab, “Lemparkanlah (lebih dahulu)!” Maka setelah mereka melemparkan[11], mereka menyihir mata orang banyak dan menjadikan orang banyak itu takut[12], karena mereka memperlihatkan sihir yang hebat (menakjubkan).
[1] Fir’aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir purbakala. Menurut sejarah, Fir’aun di masa Nabi Musa ‘alaihis salam adalah Menephthah (1232-1224 S.M.) anak dari Ramses.
[2] Allah membinasakan mereka, mengiringinya dengan celaan dan laknat di dunia dan pada hari kiamat, itulah seburuk-buruk pemberian yang diberikan. Ayat ini masih mujmal dan diperinci dengan ayat-ayat setelahnya.
[3] Ketika ia datang kepada Fir’aun mengajaknya beriman.
[4] Oleh karena Beliau adalah utusan Tuhan seluruh alam, maka wajib atasnya tidak berkata dusta terhadap Allah dan tidak mengatakan selain kata-kata yang benar. Karena jika tidak begitu, Beliau akan ditimpa dengan hukuman yang segera. Hal ini tentu mengharuskan mereka tunduk dan mengikutinya, terlebih telah datang kepada mereka bukti dari Allah yang menunjukkan kebenaran apa yang Beliau bawa, oleh karenanya mereka harus melaksanakan tujuan daripada risalah-Nya, yaitu mengikuti dan mengimani serta melepaskan Bani Israil, bangsa yang diberikan kelebihan oleh Allah di atas bangsa yang lain pada zaman itu.
[5] Karena mereka memperbudak Bani Israil.
[6] Dari leher bajunya.
[7] Inilah kedua bukti yang menunjukkan kebenaran apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihis salam, dan bahwa Beliau adalah utusan Allah Rabbul ‘alamin, akan tetapi orang yang tidak beriman kalau pun telah telah didatangkan setiap bukti, mereka tidak akan beriman juga sampai melihat azab yang pedih.
[8] Dalam Surah Asy Syu’ara diterangkan, bahwa yang mengatakannya adalah Fir’aun sendiri, nampaknya mereka (para pemuka Fir’aun) juga mengatakannya bersama Fir’aun ketika bermusyawarah.
[9] Untuk menandingi apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihis salam.
[10] Ketika mereka berhadapan dengan Nabi Musa ‘alaihis salam di hadapan manusia dalam jumlah besar.
[11] Tali dan tongkat mereka.
[12] Karena mereka membayangkan tali dan tongkat mereka kepada manusia sebagai ular yang berjalan cepat.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Al A'raaf, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.
0 komentar
Posting Komentar