Tafsir Al Qur'an Surat Al A’raaf Ayat yang Ke: 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, dan 143.
Ayat dibawah ini menerangkan tentang pelajaran atau hikmah dibalik musibah. Kisah tentang Nabi Musa dalam menghadapi Fir'aun beserta kaumnya. Menjelaskan pula tentang alur musibah yang menimpanya: topan, belalang, kutu, katak, dan darah..
Lalu mengisahkan tentang Fir'aun dan bala tentaranya yang ditenggelamkan dilaut merah. Kemudian mengemukakan tentang warisan untuk Bani Israil berupa negeri Syam dan Mesir serta negeri-negeri yang ada diantara keduanya. Allah mengajak bicara dengan Nabi Musa.
Baca juga: Tafsir Al A'raaf Ayat 117-129
Ayat 130-136: Musibah dapat melunakkan hati, nikmat Allah kepada Bani Israil dan dibalasnya nikmat itu dengan sikap kufur
130. Dan Sungguh, Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan musim kemarau) bertahun-tahun dan kekurangan buah-buahan, agar mereka mengambil pelajaran[1].
131. Kemudian apabila kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, “Ini adalah karena (usaha) kami[2].” Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan pengikutnya. Ketahuilah, sesungguhnya nasib mereka di tangan Allah[3], namun kebanyakan mereka tidak mengetahui[4].
132. Dan mereka berkata (kepada Musa), “Bukti apa pun yang engkau bawa kepada kami untuk menyihir kami, kami tidak akan beriman kepadamu.”
133. Maka Kami kirimkan kepada mereka topan (banjir besar), belalang[5], kutu[6], katak[7] dan darah[8] sebagai bukti-bukti yang jelas[9], tetapi mereka tetap menyombongkan diri[10] dan mereka sebelumnya juga kaum yang berdosa[11].
134. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu)[12] mereka pun berkata, “Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu sesuai dengan janji-Nya kepadamu[13]. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.”
135. Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu[14] dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji[15].
136. Maka Kami hukum sebagian di antara mereka[16], lalu Kami tenggelamkan mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan melalaikan ayat-ayat kami[17].
Ayat 137: Pewarisan bumi untuk hamba-hamba Allah yang saleh dan dibinasakannya orang-orang yang kafir
137. Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu[18], bumi bagian timur dan bagian baratnya[19] yang telah Kami berkahi. Dan telah sempurnalah firman Tuhanmu yang baik itu[20] (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka[21]. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang telah mereka bangun[22].
Ayat 138-141: Nikmat Allah kepada Bani Israil dan ditenggelamkan-Nya Fir’aun dan bala tentaranya
138. Dan Kami selamatkan Bani Israil menyeberangi laut itu[23] (bagian utara dari Laut Merah). Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, mereka (Bani lsrail) berkata, “Wahai Musa! Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala).” Musa menjawab, “Sungguh, kamu orang-orang yang bodoh[24].”
139. Sesungguhnya mereka akan dihancurkan oleh kepercayaan yang dianutnya[25] dan akan sia-sia apa yang telah mereka kerjakan.
140. Dia (Musa) berkata, “Pantaskah aku mencari tuhan untukmu selain Allah[26], padahal Dia yang telah melebihkan kamu atas segala umat (pada masa itu)[27].”
141. Dan (ingatlah wahai Bani Israil) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir’aun) dan kaumnya, yang menyiksa kamu dengan siksaan yang sangat berat, mereka membunuh anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Pada yang demikian itu merupakan cobaan[28] yang besar dari Tuhanmu[29].
Ayat 142-143: Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengajak berbicara Nabi Musa ‘alaihis salam, dan pentingnya tobat, istighfar dan kembali kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala
142.[30] Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) setelah berlalu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya (yaitu) Harun[31], “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan[32].”
143. Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Kamu tidak akan sanggup melihat-Ku[33], namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau[34], aku bertobat kepada Engkau[35] dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”
[1] Sehingga mereka beriman.
[2] Mereka tidak bersyukur kepada Allah.
[3] Dosa-dosa dan kekafiran merekalah yang menjadi sebab mereka ditimpa musibah itu.
[4] Sehingga mereka mengatakan seperti itu.
[5] Yang memakan tanaman dan buah-buahan mereka.
[6] Yang mengiringi belalang, menghabiskan buah-buahan mereka.
[7] Yang memenuhi rumah mereka.
[8] Air minum mereka berubah menjadi darah.
[9] Bahwa apa yang dibawa Nabi Musa ‘alaihis salam adalah benar.
[10] Tidak mau beriman.
[11] Oleh karena itu, Allah membiarkan mereka di atas kesesatan.
[12] Ada yang menafsirkan penyakit tha’un, dan ada pula yang menafsirkan dengan azab yang disebutkan sebelumnya itu, yaitu topan, belalang, kutu, katak, dan darah. Ketika mereka ditimpa masing-masing musibah, mereka mengeluh kepada Nabi Musa ‘alaihis salam.
[13] Yakni akan dihilangkan azab itu jika mereka beriman.
[14] Dengan doa Nabi Musa ‘alaihis salam.
[15] Janji mereka adalah akan beriman kepada Musa ‘alaihis salam dan akan melepaskan Bani Israil, namun mereka tidak menepatinya. Mereka tetap kafir kepada Nabi Musa ‘alaihis salam dan tetap menindas Bani Israil.
[16] Yakni ketika tiba waktu untuk menghukum mereka. Allah memerintahkan Musa alaihis salam membawa pergi Bani Israil di malam hari dan memberitahukan bahwa Fir’aun dan tentaranya akan menyusul mereka. Kemudian Fir’aun mengirimkan orang ke kota-kota untuk mengumpulkan bala tentaranya mengejar Bani Israil. Fir’aun berkata, “Sesungguhnya mereka (Bani Israil) hanya sekelompok kecil. Sesungguhnya mereka telah membuat kita marah. Kita semua harus selalu waspada.” Maka keluarlah Fir’aun dan tentaranya dari taman-taman dan mata air, dari harta kekayaan dan kedudukan mulia. Dan Allah mewariskannya kepada Bani Israil. Lalu Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka pada waktu matahari terbit. Maka ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, “Kita benar-benar akan tersusul.” Musa menjawab, “Sekali-kali tidak. Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” Lalu Allah mewahyukan kepada Musa, “Pukulah laut itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar. Di sanalah Allah mendekatkan golongan yang lain (Fir’aun dan tentaranya), Allah menyelamatkan Musa dan orang-orang yang bersamanya, dan menenggelamkan golongan yang lain itu (Fir’aun dan tentaranya). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kekuasaan) Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman, dan sesungguhnya Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang.” (Lihat Surah Asy Syu’araa’: 53-68)
[17] Maksudnya tidak mau mentadabburi ayat-ayat Kami.
[18] Mereka adalah Bani Israil, di mana sebelumnya mereka diperbudak.
[19] Maksudnya negeri Syam, Mesir dan negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah dikuasai Fir’aun dahulu. Setelah kerajaan Fir’aun runtuh, negeri-negeri itu diwarisi oleh Bani Israil.
[20] Yaitu firman-Nya di Surah Al Qashash ayat 5, “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).”
[21] Terhadap gangguan musuh mereka.
[22] Yang dimaksud dengan bangunan-bangunan Fir’aun yang dihancurkan oleh Allah adalah bangunan-bangunan yang didirikan mereka dengan menindas Bani Israil, seperti kota Ramses; menara yang diperintahkan Hamaan untuk didirikan dan sebagainya.
[23] Maksudnya bagian utara dari laut Merah.
[24] Kebodohan apa yang melebihi kebodohan seseorang sampai tidak mengenal Tuhannya dan Penciptanya serta berkeinginan untuk menyamakan yang lain dengan-Nya, padahal yang lain itu tidak berkuasa memberi manfaat dan menghindarkan bahaya, serta tidak berkuasa menghidupkan, mematikan dan membangkitkan.
[25] Karena doa mereka kepadanya adalah batil (sia-sia), berhala-berhal itu juga batil, sehingga amal mereka batil dan buah(hasil)nya juga batil (sia-sia).
[26] Tuhan yang sempurna zat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya.
[27] Yang seharusnya membuat kamu bersyukur dengan hanya beribadah kepada-Nya dan meniadakan sesembahan selain-Nya.
[28] Balaa’ bisa berarti cobaan, dan bisa berarti nikmat. Sebagai cobaan adalah ketika mereka ditimpakan siksa yang berat, berupa dibunuhnya anak laki-laki mereka dan dibiarkan hidup anak perempuannya, sedangkan sebagai nikmat adalah ketika Allah menyelamatkan mereka dari kekejamaan itu.
[29] Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran daripadanya sehingga kamu tidak meminta hal itu (dibuatkan berhala).
[30] Ketika Alah telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada mereka dengan menyelamatkan mereka dari Fir’aun dan bala tentaranya, memberi mereka tempat di bumi, Allah ingin menyempurnakan lagi nikmat-Nya kepada mereka, yaitu dengan menurunkan kitab yang mengandung hukum-hukum syar’i dan ‘aqidah yang diridhai, maka Allah Ta’ala menjanjikan Musa untuk memberikan kitab itu setelah berlalu tiga puluh hari, dan ditambah lagi sepuluh hari sehingga jumlahnya empat puluh hari agar Nabi Musa ‘alaihis salam bersiap-siap terhadap janji itu.
[31] Ketika Musa hendak pergi ke bukit untuk bermunajat kepada Allah.
[32] Dengan menyepakati mereka berbuat maksiat.
[33] Karena Allah Subhaanahu wa Ta’aala menciptakan manusia di dunia ini dalam keadaan tidak memiliki kesanggupan untuk melihat-Nya. Jangankan manusia, gunung yang kuat saja tidak sangup. Namun dalam ayat ini tidaklah menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak akan melihat-Nya di surga, karena nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah menunjukkan bahwa penghuni surga akan melihat Tuhan mereka dan merasa nikmat dengannya. Di surga, Allah menciptakan mereka dalam keadaan yang sempurna yang membuat mereka sanggup melihat Allah.
[34] Dari semua yang tidak layak dengan keagungan-Mu.
[35] Dari semua dosa dan kurang adab terhadap-Mu.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Al A'raaf, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.
0 komentar
Posting Komentar