Tafsir al Qur'an Surat Yunus Ayat yang ke: 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20.
Ayat berikut ini menerangkan tentang tabiat manusia ketika ditimba musibah dan ketika kaum musyrik yang meminta di segerakan azab, menceritakan tentang binasanya umat-umat terdahulu karena berbuat zalim dan syirik. Lalu menerangkan tentang sikap orang-orang kafir terhadap kebenaran al Qur'an, kebodohannya terhadap wahyu, dan dalil tentang manusia yang dahulu menjadi satu umat-memeluk satu agama yakni Islam, dll.
Baca juga: Tafsir Surat Yunus Ayat 1-10
Ayat 11-14: Di antara sifat kaum musyrikin dan tabiat mereka ketika mendapat kesulitan, dan penjelasan sunnatullah dalam membinasakan orang-orang yang berdosa
11.[1] Dan kalau Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pasti diakhiri umur mereka[2]. Namun Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami[3], bingung di dalam kesesatan mereka[4].
12.[5] Dan apabila manusia[6] ditimpa bahaya[7] dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri[8], tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat)[9], seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas[10] apa yang mereka kerjakan.
13. Dan sungguh, Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat zalim[11], padahal para rasul mereka telah datang membawa keterangan-keterangan (yang nyata)[12], tetapi mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah[13] Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat dosa[14].
14. Kemudian Kami jadikan kamu[15] sebagai pengganti-pengganti (mereka) di bumi setelah mereka, untuk Kami lihat bagaimana kamu berbuat[16].
Ayat 15-17: Sikap orang-orang kafir kepada Al Qur’an dan kekafiran mereka kepada kebangkitan dan hisab
15.[17] Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami[18] dengan jelas, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami[19] berkata, “Datangkanlah kitab selain Al Quran ini[20] atau gantilah[21]“. Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya atas kemauanku sendiri. Aku hanya mengikut apa yang diwahyukan kepadaku. Aku benar-benar takut akan azab hari yang besar (kiamat) jika mendurhakai Tuhanku[22].”
16. Katakanlah (Muhammad), “Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu.” Aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya[23]. Apakah kamu tidak mengerti[24]?
17. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah[25] atau mendustakan ayat-ayat-Nya[26]? Sesungguhnya orang-orang yang berbuat dosa itu[27] tidak akan beruntung.
Ayat 18-20: Membatalkan syubhat kaum musyrik, kebodohan kaum musyrik seputar ketuhanan dan wahyu, dan bahwa manusia dahulu adalah satu umat yang memeluk agama yang satu (Islam)
18. Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka[28] dan tidak (pula) memberi manfaat[29], dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada Kami di hadapan Allah.” Katakanlah (kepada mereka), “Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) yang di bumi?”[30] Mahasuci Allah[31] dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan itu.
19. Dan manusia itu dahulunya hanyalah satu umat[32], kemudian mereka berselisih[33]. Kalau tidak karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu[34], pastilah telah diberi keputusan (di dunia) di antara mereka[35], tentang apa (agama) yang mereka perselisihkan itu.
20. Dan mereka[36] berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu bukti (mukjizat) dari Tuhannya[37]?” Katakanlah, “Sungguh, segala yang gaib itu[38] hanya milik Allah[39]; sebab itu tunggu (sajalah) olehmu. Ketahuilah aku juga menunggu bersama kamu[40].”
[1] Ayat ini turun ketika kaum musyrik meminta disegerakan azab.
[2] Dan tidak akan diundur-undur. Hal ini termasuk kelembutan Allah dan ihsan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, yakni jika sekiranya Allah menyegerakan kepada mereka keburukan karena mereka telah melakukan sebab-sebabnya dan segera menimpakan hukuman karena hal itu sebagaimana disegerakan-Nya kebaikan ketika mereka mengerjakan sebab-sebabnya, tentu mereka akan dimusnakan dengan azab, akan tetapi Allah Subhaanahu wa Ta’aala menundanya, memaafkan sebagian besar di antara hak-hak-Nya yang diremehkan. Kalau sekiranya Alah langsung menghukum manusia disebabkan kezalimannya, maka tidak ada seorang pun yang masih hidup. Termasuk dalam hal ini, seorang hamba ketika marah kepada anak-anaknya, istrinya dan hartanya, terkadang mendoakan keburukan kepada mereka yang seandainya dikabulkan oleh Allah tentu keluarga dan hartanya binasa, dan tentu akan merugikannya, akan tetapi Dia Maha Penyantun lagi Mahabijaksana sehingga tidak dikabulkan-Nya.
[3] Yakni tidak beriman kepada akhirat.
[4] Oleh karenanya, mereka tidak bersiap-siap untuknya dan tidak mengerjakan amalan yang menyelamatkan mereka dari azab Allah.
[5] Ayat ini memberitakan tentang tabi’at manusia dari sisi keadaannya sebagai manusia, di mana apabila dia ditimpa bahaya seperti sakit, musibah, ia sungguh-sungguh dalam berdoa dan meminta kepada Allah dengan sangat dalam semua keadaannya agar Dia menyingkirkan bahaya itu.
[6] Seperti halnya orang-orang musyrik.
[7] Misalnya penyakit dan kemiskinan.
[8] Yakni dalam setiap keadaan.
[9] Dia berpaling di saat lapang dan lupa bahwa ketika ditimpa musibah, dia berdoa kepada Allah agar dihilangkan musibah itu, kemudian dikabulkan-Nya. Demikianlah setan menghiasi sikap itu kepada mereka, dihiasnya menjadi indah sesuatu yang secara akal dan fitrah sebagai perkara buruk.
[10] Orang-orang musyrik.
[11] Dengan melakukan kekafiran, kesyrikkan dan kezaliman.
[12] Yang menunjukkan kebenaran mereka, seperti mukjizat, namun mereka tidak mau tunduk dan beriman.
[13] Sebagaimana Kami binasakan umat-umat sebelum mereka.
[14] Yakni orang-orang kafir.
[15] Wahai penduduk Mekah atau orang-orang yang ditujukan pembicaraan kepadanya.
[16] Apakah kamu akan mengambil pelajaran terhadap umat-umat yang binasa terdahulu sehingga kamu membenarkan para rasul-Nya atau kamu mengikuti umat-umat itu dengan tetap mendustakan, sehingga kamu akan binasa seperti mereka.
[17] Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan sikap menyusahkan diri orang-orang kafir, di mana ketika dibacakan ayat-ayat Al Qur’an yang menerangkan kebenaran, mereka berpaling darinya dan meminta sesuatu yang menyusahkan diri.
[18] Yaitu Al Qur’an.
[19] Atau tidak takut terhadap kebangkitan. Inilah yang menyebabkan mereka berani berkata seperti itu.
[20] Maksudnya datangkanlah kitab yang baru untuk kami baca yang di dalamnya tidak ada pencelaan kepada sesembahan kami, hal-hal mengenai kebangkitan dari kubur, hidup sesudah mati dan sebagainya. Hal ini menunjukkan beraninya mereka terhadap Allah, zalim serta menolak sekali ayat-ayat-Nya. Mereka menggabung antara kebodohan, kesesatan, kezaliman dan keras kepala serta menyusahkan diri, jika maksud mereka adalah agar diterangkan kebenaran kepada mereka dengan ayat-ayat (bukti-bukti) yang mereka minta maka sesungguhnya mereka telah berdusta, karena Allah telah menerangkan ayat-ayat yang semisalnya seharusnya diimani manusia.
[21] Maksudnya gantilah ayat-ayat yang menerangkan siksa dengan ayat-ayat yang menerangkan rahmat, dan yang mencela tuhan-tuhan kami dengan yang memujinya dsb. oleh dirimu sendiri.
[22] Dengan merubahnya menurut kemauanku sendiri.
[23] Maksudnya empat puluh tahun sebelum Al Quran diturunkan dan tidak menyampaikan apa-apa, lalu apakah setelah diturunkan Al Qur’an saya berani mengada-ada, padahal saya tinggal di dekatmu dalam waktu yang lama, di mana kalian mengetahui hakikat keadaanku; aku tidak mengenal baca-tulis, tidak pernah belajar dan menimba ilmu dari seorang pun, lalu aku datanng kepadamu membawa kitab agung yang mengalahkan para ahli bahasa, mengalahkan semua ahli ilmu, sehingga apakah mungkin Al Qur’an dari sisiku, bukankah yang demikian menunjukkan bahwa Al Qur’an turun dari Tuhan yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji?
[24] Bahwa Al Qur’an bukan dari sisiku. Kalau sekiranya kamu mau menggunakan akal pikiranmu, dan merenungi keadaanku dan keadaan kitab ini, tentu kamu akan membenarkanku, dan jika kamu menolaknya, bahkan mendustakan dan tetap keras kepala, maka tidak diragukan lagi, kamu adalah orang-orang zalim.
[25] Dengan menisbatkan sekutu kepada-Nya.
[26] Yakni Al Qur’an.
[27] Yakni orang-orang musyrik.
[28] Jika mereka tidak menyembahnya.
[29] Jika mereka menyembahnya, seperti patung dan berhala.
[30] Kalimat ini adalah ejekan terhadap orang-orang yang menyembah berhala, yang menyangka bahwa berhala-berhala itu dapat memberi syafaat Allah. Kalimat pertanyaan ini disebut istifham ingkar, yakni pertanyaan untuk mengingkari, karena jika Allah memiliki sekutu, tentu Dia mengetahui dan tidak samar bagi-Nya, dan lagi Dia telah memberitahukan, bahwa Diri-Nya tidak memiliki sekutu dan tidak ada tuhan selain-Nya. Apakah mereka lebih tahu ataukah Allah?
[31] Dari memiliki sekutu atau tandingan.
[32] Di atas agama yang satu, yaitu Islam dari sejak Nabi Adam sampai Nabi Nuh ‘alaihimas salam. Ada pula yang mengatakan, dari sejak zaman Ibrahim sampai zaman ‘Amr bin Luhay. Setelah manusia berkembang biak dan kepentingan mereka berlainan, timbullah berbagai kepercayaan yang menimbulkan perpecahan. oleh karena itu Allah mengutus Rasul yang membawa wahyu untuk memberi petunjuk kepada mereka. Baca juga ayat 213 surat Al-Baqarah.
[33] Yakni sebagian mereka tetap di atas agama tauhid, sedangkan sebagian lagi tidak.
[34] Ketetapan Allah itu ialah bahwa, perselisihan manusia di dunia itu akan diputuskan dan diberi pembalasan di akhirat.
[35] Yaitu dengan diselamatkan-Nya orang-orang mukmin dan diazab-Nya orang-orang kafir. Akan tetapi, Dia ingin menguji mereka agar nampak jelas siapa yang jujur imannya dan siapa yang berdusta.
[36] Penduduk Mekah dahulu.
[37] Sebagaimana nabi-nabi yang tedahulu ada yang diberi mukjizat unta, tongkat, tangan yang bercahaya, dsb.
[38] Yang dimaksud dengan yang ghaib di sini ialah mukjizat.
[39] Tugas saya hanyalah menyampaikan.
[40] Yakni masing-masing menunggu apa yang menimpa kepada yang lain, dan lihatlah untuk siapakah kesudahan yang baik itu?
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Yunus, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.
0 komentar
Posting Komentar