Tafsir al Qur'an Surat Yunus Ayat yang ke: 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, dan 33.
Ayat dibawah ini menerangkan tentang makna Makar, tentang dikabulkannya do'a orang yang terdesak, kebiasaan manusia yang menghadap Allah ketika ditimpa kesulitan, lalu menjelaskan tentang kehidupan duniawi dan ukhrawi, seruan dan ajakan Allah kepada seluruh manusia tanpa terkecuali untuk beriman, namun hidayah hanya diberikan kepada mereka yang dikehendaki-Nya (ihsan), menceritakan tentang kaum musyrik beserta sesembahannya pada hari kiamat, lalu terdapat dalil yang menyatakan bahwa yang berhak disembah adalah Allah SWT, tidak ada selainnya, dll.
Baca Juga: Tafsir Surat Yunus Ayat 11-20
Ayat 21-23: Menerangkan tabiat manusia, yaitu kembali kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala ketika merasakan kesulitan, dan bahwa orang yang terdesak dikabulkan doanya meskipun kafir
21. Dan apabila Kami memberikan suatu rahmat kepada manusia, setelah mereka ditimpa bencana[1], mereka segera melakukan segala tipu daya (menentang) ayat-ayat Kami[2]. Katakanlah, “Allah lebih cepat makarnya (atas tipu daya itu)[3].” Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami mencatat tipu dayamu.
22.[4] Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (dan berlayar) di lautan[5]. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya)[6], maka mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata), “Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti Kami termasuk orang-orang yang bersyukur[7].”
23. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka, malah mereka berbuat kezaliman di bumi tanpa (alasan) yang benar[8]. Wahai manusia! Sesungguhnya kezalimanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri[9]; itu hanya kenikmatan hidup duniawi[10], selanjutnya kepada Kami-lah kembalimu[11], kelak Kami akan kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan[12].
Ayat 24-25: Zuhud terhadap dunia tidak akan tegak kecuali setelah memperhatikan keadaan dunia yang sebentar dan tidak kekal, dan memperhatikan akhirat yang merupakan negeri yang kekal, serta seruan Allah kepada manusia agar menempuh jalan ke Darussalam (surga)
24. Sesungguhnya perumpamaan[13] kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia[14] dan hewan ternak[15]. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias[16], dan permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya (dapat memetik hasilnya)[17], datanglah kepadanya perkara Kami[18] pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanamannya) seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin[19]. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami)[20] kepada orang yang berpikir[21].
25.[22] Dan Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga)[23], dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).
Ayat 26-27: Perbandingan antara kenikmatan penghuni surga dan pahala yang disiapkan untuk mereka dengan orang-orang yang mengerjakan keburukan dan balasan yang akan mereka dapatkan, dan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidaklah berbuat zalim kepada mereka
26.[24] Bagi orang-orang yang berbuat baik[25], ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya[26]. Dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) dalam kehinaan[27]. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
27. Adapun orang-orang yang berbuat kejahatan[28] (akan mendapat) balasan kejahatan yang setimpal dan mereka diliputi oleh kehinaan[29]. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan wajah mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya[30].
Ayat 28-33: Keadaan kaum musyrik dan sembahan yang mereka sembah pada hari Kiamat, dan penegakkan dalil terhadap keber-hak-an Allah Subhaanahu wa Ta’aala untuk disembah; tidak selain-Nya
28. Dan (ingatlah) pada hari (ketika) itu Kami mengumpulkan mereka semuanya[31], kemudian Kami berkata kepada orang yang mempersekutukan (Allah), “Tetaplah di tempatmu itu, kamu dan para sekutumu[32].” Lalu Kami pisahkan mereka[33] dan berkatalah sekutu-sekutu mereka, “Kamu sekali-kali tidak pernah menyembah kami.”
29. Maka cukuplah Allah menjadi saksi antara Kami dengan kamu, sebab Kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kamu (kepada kami)[34];
30. Di tempat itu (padang mahsyar), setiap jiwa merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya (dahulu) dan mereka dikembalikan kepada Allah, pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa (pelindung palsu) yang mereka ada-adakan.
31. Katakanlah (Muhammad)[35], “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup[36], dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab, “Allah.” Maka katakanlah, “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)[37]?”
32. Maka itulah Allah[38], Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada setelah kebenaran itu melainkan kesesatan[39]. Maka mengapa kamu berpaling (dari kebenaran)[40]?
33. Demikianlah[41] telah tetap kalimat[42] (hukuman) Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik[43], karena sesungguhnya mereka tidak beriman[44].
[1] Seperti hujan dan kesuburan setelah sebelumnya kemarau panjang, atau sehat setelah sebelumnya sakit, atau kaya setelah sebelumnya miskin, dan aman setelah sebelumnya ditimpa ketakutan.
[2] Dengan melakukan pengolok-olokkan dan mendustakan serta berusaha membatalkan kebenaran. Mereka lupa padahal sebelumnya mereka ditimpa bencana, mereka tidak bersyukur ketika mendapatkan rahmat, bahkan malah tetap di atas kesesatannya.
[3] Dan makar yang buruk tidaklah menimpa kecuali kepada pelakunya; tipu daya mereka akan berbalik kepada mereka, bahkan para malaikat mencatatnya untuk kemudian diberikan balasan terhadapnya oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
Dr. Muhammad bin ‘Abdurrahman Al Khumais berkata, “Hakikat makar adalah siasat kokoh untuk menimpakan hukuman kepada pelaku dosa dari arah yang tidak dia sadari. Ia (makar) lebih khusus daripada kata pembalasan, karena ia adalah hukuman dengan cara yang khusus. Oleh karena itu, makar dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala adalah siasat untuk menolak tipu daya pembuat makar agar kembali menimpanya serta menimpakan hukuman kepadanya dari arah yang tidak dia sadari, serta membalasnya sesuai amal dan niatnya. Hal yang termasuk wajib diketahui, bahwa nama maakir (pembuat makar) tidak dimutlakkan kepada Allah karena mengambil kesimpulan dari ayat ini. Mahasuci Allah (dari memiliki nama maakir), bahkan yang benar dikatakan, “Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah sebaik-baik pembuat makar, dan Allah menimpakan makar kepada orang-orang kafir dan munafik, sehingga seorang yang mengucapkannya berhenti pada batas yang disebutkan dalam nash secara muqayyad (terikat) agar tidak memberikan kesan keliru karena dengan menisbatkan sesuatu kepada Allah Ta’ala yang Dia tidak menyebutkannya.”
[4] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan kebiasaan manusia ketika mendapatkan rahmat setelah sebelumnya mendapat bencana, Allah menyebutkan keadaan yang sama seperti itu untuk menguatkan, yaitu keadaan mereka ketika di tengah lautan saat badai dan gelombang datang menerpa mereka.
[5] Dengan memudahkan sebab-sebabnya dan menunjukkan kepadanya.
[6] Mereka yakin akan binasa, ketika itu ketergantungan mereka kepada makhluk terputus, mereka tahu bahwa makhluk tidak dapat berbuat apa-apa terlebih sesembahan mereka seperti patung dan berhala, dan mereka menyadari bahwa tidak ada yang mampu menyelamatkan mereka dari bahaya besar itu kecuali Allah saja, maka ketika itu mereka berdoa kepada Allah dengan meikhlaskan ibadah kepada-Nya dan berjanji akan bersyukur kepada-Nya.
[7] Yakni orang-orang yang mengesakan Engkau, ya Allah.
[8] Yaitu dengan berbuat syirk. Mereka lupa terhadap peristiwa itu dan doa yang mereka panjatkan kepada Allah saat itu serta janji yang mereka ungkapkan. Mereka lupa kepada semua itu dan berbuat syirk lagi kepada Allah.
[9] Yakni dosanya ditangung olehmu sendiri.
[10] Yakni hanya sebentar saja, yang sifatnya akan digambarkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala setelah ayat ini.
[11] Setelah kamu mati.
[12] Lalu Allah memberikan balasan terhadapnya. Dalam ayat ini terdapat peringatan yang dalam terhadap mereka jika tetap di atas perbuatan itu.
[13] Yakni sifat dunia.
[14] Seperti beras dan gandum.
[15] Seperti rerumputan.
[16] Maksudnya bumi yang indah dengan gunung-gunung dan lembah-lembahnya telah menghijau dengan tanam-tanamannya, indah dipandang mata dan menyegarkan jiwa.
[17] Mereka semakin berharap bahwa kenikmatan itu akan tetap terus dan langgeng bagi mereka karena keinginan mereka yang hanya terbatas kepadanya dan harapan mereka yang sampai di sana.
[18] Qadha’ (keputusan) atau azab Kami.
[19] Seakan-akan sebelumnya tidak ada, maka tangannya pun kosong dan hatinya pun penuh rasa sedih. Seperti inilah keadaan dunia.
[20] Yakni dengan menerangkannya, memperjelasnya dan memudahkan untuk dipahami dan dicerna.
[21] Orang yang mau menggunakan akal pikiran mereka untuk hal yang bermanfaat bagi mereka. Adapun orang yang lalai lagi berpaling, maka ayat-ayat itu tidak bermanfaat bagi mereka, dan penjelasannya tidak menyingkirkan keraguan.
[22] Setelah Allah menerangkan keadaan dunia dan hasil dari kenikmatannya, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala mendorong manusia kepada kehidupan akhirat.
[23] Allah mengajak manusia tanpa terkecuali ke surga dengan mengajak mereka beriman. Namun hidayah-Nya hanya diberikan kepada orang yang Dia kehendaki, inilah ihsan dan karunia-Nya; Dia khususkan rahmat-Nya kepada yang Dia kehendaki, sedangkan seruan-Nya diarahkan kepada semua manusia tanpa terkecuali, inilah keadilan dan kebijaksanaan-Nya. Arti kata darussalam adalah tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. Surga disebut Darussalam karena bersihnya dari segala musibah dan kekurangan. Hal itu tidak lain karena sempurna kenikmatannya, kesempurnaannya dan kekekalannya serta keindahannya di atas segala sesuatu.
[24] Setelah Allah mengajak manusia ke Darussalam, seakan-akan setiap jiwa menjadi rindu untuk mengerjakan amalan yang dapat memasukkan ke surga, maka Allah memberitahukan ayat di atas.
[25] Dengan berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah, yaitu dengan beribadah sambil merasakan seakan-akan melihat-Nya atau minimal merasakan pengawasan dari-Nya. Demikian juga berbuat ihsan kepada hamba-hamba Allah dengan melakukan perbuatan baik yang mampu dilakukan baik berupa perkataan maupun perbuatan kepada hamba-hamba Allah, termasuk di dalamnya beramar ma’ruf dan bernahi munkar, mengajarkan orang yang tidak tahu, menasehati orang yang berpaling, dsb.
[26] Yang dimaksud dengan tambahannya ialah kenikmatan melihat wajah Allah Subhaanahu wa Ta’aala, mendengarkan firman-Nya, memperoleh keridhaan-Nya, senang karena bisa dekat dengan-Nya.
[27] Maksudnya muka mereka berseri-seri dan tidak ada sedikit pun tanda kesusahan.
[28] Seperti melakukan kekafiran, kesyirkkan dan mendustakan para rasul.
[29] Kehinaan itu menimpa hati mereka, dan terus menyebar ke lahiriah mereka sehingga wajah mereka hitam.
[30] Betapa jauh perbedaan antara penghuni surga dengan penghuni neraka. Ya Allah, masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka. Ya Allah, masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka. Ya Allah, masukkanlah kami ke surga dan jauhkanlah kami dari neraka.
[31] Termasuk pula sesembahan yang mereka sembah selain Allah Subhaanahu wa Ta’aala.
[32] Yakni patung dan berhala atau yang mereka sembah selain Allah.
[33] Dengan orang-orang mukmin. Atau bisa juga maksudnya, Allah pisahkan mereka dengan sesembahan mereka, baik pisah badan maupun hati dan muncul permusuhan yang keras antara mereka dengan sesembahannya setelah sebelumnya ketika di dunia mereka memberikan kecintaan dan ketulusan kepada sesembahannya.
[34] Yakni kami tidak menyuruh kamu menyembah kami dan tidak pula mengajakmu kepadanya, bahkan kamu hanya menyembah makhluk yang mengajakmu, yaitu setan. Oleh karena itulah, para malaikat, para nabi dan para wali nanti akan berlepas diri dari para penyembahnya pada hari kiamat. Ketika itulah orang-orang musyrik menyesal dengan penyesalan yang bukan main menyesalnya, mereka mengetahui sejauh mana amal yang mereka kerjakan, serta perkara buruk yang mereka lakukan. Ketika itu, jelaslah kedustaan mereka, dan bahwa mereka mengada-ada terhadap Allah, ibadah mereka sia-sia, sesembahan mereka lenyap, dan hubungan pun terputus, na’uudzu billahi min dzaalik.
[35] Kepada orang-orang musyrik yang mengingkari uluhiyyah Allah (keberhakan Allah untuk diibadati; tidak selain-Nya) dan mengakui rububiyyah-Nya (bahwa Allah Penguasa alam semesta dan Pengaturnya).
[36] Misalnya mengeluarkan anak ayam dari telur, dan telur dari ayam, atau mengeluarkan tumbuhan dari biji, dan biji dari tumbuhan, atau mengeluarkan orang mukmin dari kekafiran dan sebaliknya.
[37] Dengan beriman, atau hanya beribadah kepada-Nya saja dan meninggalkan sesembahan selain-Nya.
[38] Yang melakukan semua itu.
[39] Kalimat ini merupakan istifham taqrir (pertanyaan untuk menetapkan), yakni tidak ada lagi setelah kebenaran selain kesesatan. Oleh karena itu, barang siapa yang tidak menyembah Allah, maka ia terjatuh dalam kesesatan.
[40] Padahal buktinya jelas.
[41] Sebagaimana mereka dipalingkan dari keimanan.
[42] Yaitu firman-Nya, “La amla’anna jahannam minal jinnati wan naasi ajma’iin.” (artinya: Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya) terj. surat Huud: 119, atau firmannya, “Annahum laa yu’minuun,” (lihat ayat di atas).
[43] Yakni orang-orang yang kafir.
[44] Setelah sebelumnya Allah menunjukkan kepada mereka ayat-ayat yang nyata dan keterangan yang jelas, yang di sana terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal, nasehat bagi orang-orang yang bertakwa dan petunjuk bagi seluruh alam.
Tags: Tafsir Lengkap Al Quran Online Indonesia, Surat Yunus, Terjemahan Dan Arti Ayat Al Quran Digital, Penjelasan dan Keterangan, Kandungan, Asbabun Nuzul, Download Tafsir Al Quran, Footnote atau catatan kaki.
0 komentar
Posting Komentar